CONTOH MENGAMATI KEBUDAYAAN, MAKANAN, SERTA KERAJINAN TRADISIONAL
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang tinggal dipulau Jawa, dan yang disebut masyarakat Jawa meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat tidak ikut serta dalam suku Jawa karena Jawa Barat merupakan suku Sunda. Masyarakat Jawa memiliki banyak sekali hal-hal yang sangat menarik untuk dikaji, diamati, dan dipelajari. Hal-hal tersebut diantaranya yaitu, tradisi, makanan, pakaian, mata pencaharian, teknologi, dan masih banyak lagi yang lainya. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk melakukan pengamatan atau observasi dilingkungan penulis sendiri. Meskipun hanya pengamatan sederhana, namun ilmu yang penulis dapatkan sangatlah berharga dan bermanfaat untuk menambah ilmu serta pengalaman penulis dalam hal kebudayaan.
Pada hari Sabtu dan Minggu, 12-13 Desember 2015, penulis melakukan pengamatan-pengamatan sederhana dilingkungan sekitar rumah penulis, yaitu di dsn.Grasak ds.Sulursari kec.Gabus kab.Grobogan. Disana penulis menemukan fenomena bahwa masyarakat ditempat tinggal penulis sudah mulai terpengaruh oleh adanya globalisasi. Masyarakat mulai menjadi modern meskipun mereka tinggal didesa yang jauh dari kota, bahkan memerlukan waktu 1,5 jam untuk sampai di kota kabupaten.
Dibawah ini merupakan tugu simpang lima Purwodadi Grobogan.
Disana penulis menemukan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi ditengah masyarakat. Mulai dari perubahan tradisi yang dulunya disakralkan sekarang lebih banyak dijadikan sebagai hiburan. Makanan juga mengalami perubahan yang sama, dimana makanan-makanan tradisional mulai tergantikan dengan makanan-makanan dari daerah lain. Pakaian masyarakatpun kini jarang ada yang memakai pakaian tradisional melainkan pakaian ala barat yang mengikuti trend. Untuk mata pencaharian masih didominasi oleh petani dan pedagang, meskirun ada juga yang menjadi pegawai swasta ataupun negri. Selain itu teknologi yang digunakan masyarakat kini lebih modern dan efisien daripada teknologi pada jaman dahulu, meskipun masih banyak juga yang menggunakan teknologi tradisional.
Di bawah ini merupakan beberapa gambaran mengenai hasil observasi yang penulis lakukan di lingkungan tempat tinggal penulis:
Tradisi
Tradisi merupakan kebudayaan yang terdapat didalam setiap kehidupan masyarakat. Tradisi juga dapat dikatakan sebagai identitas suatu masyarakat atau daerah tertentu. Namun seiring berjalanya waktu tradisipun berubah dan mulai tergeser oleh kebudayaan-kebudayaan baru yang datang bersama adanya globalisasi. Seperti halnya tradisi barongan dibulan sura yang diadakan setiap malam jum.at. Namun sekarang tak hanya malam jum.at di bulan sura, melainkan hari-hari biasa dapat kita jumpai barongan-barongan yang berkeliling, bukan untuk tujuan budaya namun bertujuan untuk mencari uang untuk kebutuhan ekonomi mereka.
Barongan yang dulunya digunakan sebagai media penangkal roh jahat, kini beralih fungsi menjadi media hiburan untuk masyarakat dan media untuk mencari nafkah oleh orang-orang tertentu. Barongan yang dulunya disegani dan ditakuti oleh anak-anak bahkan orang dewasa, seakan kehilangan kewibawaanya. Bahkan anak-anak sangat menyukai barongan sebagai teman bermain mereka.
Dibawah ini merupakan barongan ketika masih dianggap sakral dan menjadi media adat istiadat.
Dan dibawah ini adalah barongan ketika berubah fungsi menjadi media hiburan dan alat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat.
Hal tersebut sama halnya dengan tergesernya eksistensi tradisi ataupun adat istiadat budaya jawa. Dimana mulai lunturnya pemaknaan budaya bagi masyarakat jawa itu sendiri. Tradisi adat istiadat yang seharusnya sakral dan menjadi hal yang sangat sensitif, kemudian menjadi suatu kegiatan yang dengan sengaja dilaksanakan untuk kepentingan-kepentingan beberapa orang yang mengatas namakan pelestarian budaya. Tradisi yang saat ini berkembang dan dinikmati oleh masyarakat hanya menjadi hiburan dan rutinitas semata. Dimana tujuan-tujuan awal dilaksanakanya berbagai tradisi tersebut sudah tergeser dengan adanya tujuan-tujuan lain, seperti tujuan ekonomi, wisata, dan lain sebagainya.
Makanan
Makanan merupakan ciri khas suatu daerah. Setiap daerah memiiki makanan khasnya masing-masing. Makanan merupakan bagian dari hasil kebudayaan. Untuk didaerah Grobogan sendiri banyak terdapat masakan khas. Untuk masakan khas Grobogan diantaranya ada nasi jagung sambel gereh, dimana jagung ditumbuk menjadi tepung dan kemudian dimasak menjadi nasi jagung. Lalu nasi jagung tersebut dilengkapi dengan sambel gereh yang tak kalah enaknya. Selain itu ada satu menu makanan yang sangat terkenal di Grobogan yaitu swike. Swike berbahan dasar katak beserta rempah-rempah lainya, dimana seluruh bagian tubuhnya dimasak kecuali kepala dan organ dalamnya.
Masyarakat yang menganut agama islam cenderung menganggap swike tersebut haram. Dengan seiring berjalanya waktu, masyarakat mulai berfikir bagaimana agar masyarakat muslim juga dapat merasakan kenikmatan swike. Oleh karena itu, munculah farian baru dalam penyajian swike, tidak hanya daging katak melainkan juga daging ayam. Dengan begitu masyarakat muslim juga dapat merasakan nikmatnya swike meskipun dengan rasa ayam. Swike dapat dijumpai disetiap warung makan di Grobogan terutama di Purwodadi. Swike juga banyak dihidangkan pada acara-acara keluarga tertentu.
Namun lebih banyak yang menggunakan bahan dasar ayam daripada katak. Selain lebih mudah mendapatkan ayam daripada katak, masyarakat muslim juga lebih memilih ayam. Hal tersebutlah yang menjadi faktor tergesernya katak sebagai bahan dasar swike. Namun demikian, hingga sekarang swike tetap menjadi primadona di lingkungan masyarakat Grobogan meskipun ada masakan-masakan dari luar Grobogan yang masuk, namun swike tetap menjadi pilihan utama.
Disamping merupakan gambaran dari swike ayam yang menjadi farian baru dari adanya swike katak.
Dibawah ini merupakan gambar dari swike katak khas Grobogan.
Dibawah ini merupakan makanan modern yang sangat digemari masyarakat saat ini
Kasus diatas sama halnya dengan makanan-makanan tradisional jawa yang mulai berkurang dan mulai tergantikan dengan makanan-makanan siap saji dari luar yang menjadi primadona dikalangan remaja dan anak-anak. Masyarakat lebih menyukai makanan siap saji seperti mie instan, dan makanan-makanan instan lainya. Masyarakat juga lebih suka pergi ke warung makan modern seperti KFC, kafe, restoran dan sebagainya. Dibandingkan dengan makan diwarung-warung masakan tradisional, yang menurut mereka ketinggalan jaman. Masyarakat lebih menyukai pergi ke tempat modern, hal tersebut juga dipengaruhi dengan adanya gengsi, atau nilai tersendiri bagi mereka. Dimana mereka beranggapan bahwa makan ditempat modern dapat membuat mereka bangga dan lebih percaya diri.
Pakaian
Masyarakat Jawa yang semakin maju dan berkembang pemikiranya mulai mengikuti adanya arus globalisasi. Globalisasi yang membawa perubahan disegala bidang tak luput mempengaruhi masyarakat jawa juga. Untuk cara berpakaian masyarakat mulai terpengaruh dengan adanya modernisasi. Dari yang awalnya masyarakat jawa pada umumnya memakai jarit dan lurik untuk pakaian laki-laki. Jarik dan kebawa untuk perempuan. Namun saat ini masyarakat lebih menyukai kaos dan celana yang menurut mereka lebih praktis dan modern. Kebaya tradisional masih sering digunakan oleh para lansia. Saat ini kebaya hanya digunakan disaat acara-acara tertentu seperti pernikahan, dan acara hajatan lainya. Itupun dengan berbagai variasi dan desain-desain baru yang membuat kebaya menjadi lebih modern. Kebaya yang awalnya merupakan pakaian sehari-hari masyarakat sekarang hanya menjadi pakaian yang digunakan dalam acara-acara tertentu saja. Keberadaan kebaya mulai tergeser dengan adanya baju-baju modern yang terus muncul dengan berbagai model dan desain sesuai dengan trend fashion yang sedang disegani saat itu.
Dibawah ini merupakan pakaian sehari-hari masyarakat jawa sebelum terpengaruh oleh modernisasi.
Dibawah ini merupakan kebaya yang telah terpengaruh oleh modernisasi.
Mode pakaian yang semakin modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berubahnya cara berpakaian masyarakat jawa. Meskipun pakaian adat masih dilestarikan namun eksistensinya tak seperti dulu lagi. Modernisasi dan pola pikir masyarakat yang senantiasa berkembang merupakan faktor utama terjadinya perubahan mode pakaian dikalangan masyarakat jawa. Jadi jawa saat ini merupakan suatu suku bangsa yang semakin berkembang peradaban dan pola pikir serta perilaku masyarakatnya.
Mata pencaharian
Pada zaman dahulu pada umumnya masyarakat jawa bekerja sebagai petani. Masyarakat berkebun dan bercocok tanam sesuai dengan lahan yang mereka garap. Akankah itu sawah tadah hujan, atau lereng gunung, atau lahan-lahan lainya. Selain bertani, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan mereka melakukan barter atau tukar menukar barang. Namun setelah waktu berjalan, masyarakat mulai melakukan perdagangan. Masyarakat berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Didesa saya mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan pedagang dipasar. Sebagian besar masyarakat bertani dan berdagang melanjutkan kerja keras orang tua mereka, dapat disebut turun temurun. Bagi masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, mereka pergi kepasar setiap pagi masih petang untuk menjual barang dagangan mereka. Ada sebagian yang telah memiliki kios sendiri dan juga ada yang masih menjajakan daganganya dipinggiran jalan dan kios milik orang lain.
Dibawah ini merupakan gambar warga yang bekerja sebagai petani.
Selain pasar juga terdapat toko-toko modern yang menjual berbagai macam perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan sehari-hari. Meskipun tersaingi dengan adanya toko-toko modern, tak mengurangi minat masyarakat untuk berbelanja dipasar. Karena menurut masyarakat belanja dipasar lebih terjangkau dan mudah daripada belanja di toko yang sudah modern. Namun begitu tak sedikit pula masyarakat yang berbelanja di toko modern terlebih para remaja. Mereka lebih suka berbelanja di toko modern dan gengsi kalau harus berbelanja dipasar. Hal tersebut karena mereka beranggapan bahwa pasar itu kotor dan ketinggalan zaman, dibandingkan dengan toko modern yang bersih dan higienis.
Diatas ini merupakan gambar para pedagang di pasar sulursari.
Selain sebagi petani dan pedagang seperti diatas ada juga masyarakat yang bekerja sebaga wira swasta dan pegawai negri sipil. Mereka adalah masyarakat yang memiliki taraf hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan para petani dan pedagang. Karena jarang sekali ada petani dan pedagang yang mampu menyekolahkan anak mereka menuju perguruan tinggi. Mayoritas anak didesa saya hanya lulusan SMP dan SMA, bahkan ada yang masih lulusan SD dikarenakan anak-anak tersebut sudah malas berfikir dan memilih untuk membantu perekonomian keluarga.
Di atas merupakan gambar toko modern yang ada di Sulursari.
Namun perubahan adanya toko-toko modern didesa tidak memiliki pengaruh yang begitu besar dibandingkan dengan yang terjadi diperkotaan. Swalayan atau mall akan jauh lebih ramai daripada pasar. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat kota yang cenderung untuk menuju ke modernisasi. Masyarakat lebih menyukai mall karena lebih baik bangunanya dibandingkn dengan dipasar, selain itu juga disebabkan masyarakat kota malas untuk melakukan tawar menawar dipasar oleh karena itu mereka lebih suka swalayan karena disana harganya pas dan tidak perlu melakukan tawar menawar.
Teknologi
Teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat di saat ini. Kemajuan teknologi memberi pengaruh yang cukup besar dilingkungan hidup masyarakat desa saya. Masyarakat yang awalnya gagap teknologi kini mulai mengerti dan terbantu dengan adanya teknologi tersebut. Teknologi memberi banyak dampak positif bagi masyarakat. Namun selain itu teknologi juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang tidak bijaksana dalam menggunakan teknologi tersebut.
Teknologi yang penulis amati dalam pengamatan kemarin adalah teknologi dapur masyarakat desa penulis. Masyarakat yang dulunya menggunakan tungku sebagai alat untuk memasak kini mulai tergantikan dengan adanya kompor gas. Kini keseharian masyarakat dalam memasak menggunakan kompor gas. Sebelum adanya kompor gas lebih dulu muncul kompor minyak. Namun seiring berjalanya waktu, ketersediaan minyak mulai berkurang dan pemerintah mengeluarkan kebijakan agar masyarakat menggunakan kompor gas agar lebih efisien dan menghemat biaya. Pada awalnya masyarakat menolak dengan adanya kompor gas karena menurut mereka kompor gas sangat berbahaya dan dapat mengancam keselamatan. Namun dengan adanya sosialisasi-sosialisasi dan penyuluhan secara terus-menerus dari pemerintah, akhirnya masyarakat mulai menerima dan sekarang masyarakat merasakan manfaatnya. Meskipun masyarakat telah memakai kompor gas, mereka tetap menggunakan tungku (pawon) untuk memasak acara-acara besar, seperti hajatan, perkawinan, lebaran, dan masih banyak lagi yang lainya.
Tungku (pawon) kompor gas
Selain kemajuan teknologi dibidang peralatan dapur, teknologi juga berkembang dalam alat komunikasi. Dimana alat komunikasi merupakan alat yang sangat penting bagi manusia saat ini. Alat komunikasi tersebut dimiliki oleh setiap individu, mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, sampai orang tua. Penggunaan alat komunikasi yang sangat vital ini membuat para ilmuan untuk senantiasa mengembangkanya. Mulai dari surat menyurat, kemudian muncul telepon dan kemudian handphone. Handphone atau hp inilah yang kemudian menjadi sorotan utama para ilmuan. Handphone merupakan alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita dapat berkomunikasi, mendapatkan informasi, bahkan mendapatkan penghasilan dari handphone. Bahkan menurut para remaja yang penulis amati, mereka mengakatan bahwa lebih baik ketinggalan dompet, daripada handphone mereka yang tertinggal. Hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya handphone bagi diri mereka. Dibawah ini merupakan transformasi handphone, dari yang jadul dan kemudian menjadi lebih modern.
Kemajuan teknologi memang memberikan dampak positif bagi kehidupan masyrakat. Namun disamping itu dampak negatif akan selalu ada dan berdampingan dengan dampak positif. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam menyikapi perubahan-perubahan yang semakin modern dan senantiasa berkembang ini.
- Bangunan rumah
Masyarakat jawa selain memiliki berbagai makanan khas, pakaian khas, adat adat istiadat juga memiliki bangunan rumah khas yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat meskipun jumlahnya tidak begitu banyak. Rumah tersebut adalah rumah joglo. Merupakan bangunan rumah khas jawa tengah yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat jawa itu sendiri. Rumah joglo merupakan bangunan yang unik dimana bagian depan rumah tersebut dibiarkan terbuka. Ruangan terbuka tersebut digunakan sebagai ruang penerima tamu. Dimana tamu-tamu apabila berkunjung akan ditempatkan diruang depan. Disamping itu, ruang tengah dijadikan sebagai ruang keluarga. Dimana setiap keluarga yang berkunjung ditempatkan diruang keluarga bukaanya di ruang depan.
Dengan seiring kemajuan zaman bangunan joglo tersebut mengalami perubahan dibidang bangunanya. Namun meskipun berubah bangunan atap yang khas tetap dipertahankan oleh masyarakat yang membangun rumah joglo untuk mereka tempati. Apabila zaman dahulu rumah joglo tembok-temboknya terbuat dari kayu, maka dizaman yang modern ini tembok-tembok rumah joglo telah berbahan semen dan pasir sebagimana bangunan rumah yang banyak ditemui saat ini.
Unggah-ungguh bahasa jawa
Bahasa jawa merupakan bahasa khas masyarakat jawa. Dimana bahasa tersebut hanya terdapat dipulau jawa dan digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Suku jawa menjunjung tinggi unggah-ungguh bahasa jawa atau tata cara pengucapan bahasa jawa. Bahasa jawa berbeda dengan bahasa-bahasa lainya, karena dalam bahasa jawa terdapat tingkatan-tingkatan tertentu yang harus diperhatikan pengucapanya dengan memperhatikan lawan bicaranya. Tingkatan bahasa jawa mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu, ngoko lugu, krama inggil, dan krama alus. Tata cara pengucapan bahasa jawa sendiri telah ditanamkan sejak kecil oleh kedua orang tua dan keluarga, bahkan pelajaran bahasa jawa menjadi mata pelajaran wajib yang harus dipelajari para siswa mulai dari sekolah dasar sampai dengan menengah atas.
Bahasa jawa memang telah dikenalkan sejak dini, namun masih saja terdapat kesalahan-kesalahan dalam pengucapan tingkatan bahasa tersebut. Banyan dijumpai anak-anak dan remaja yang mengabaikan tingkatan tersebut dan berbahasa senyaman mereka meskipun dengan orang yang lebih tua sekalipun. Apalagi di zaman yang serba modern ini unggah-ungguh bahasa jawa seakan terlupakan dan tak diperhatikan lagi. Bahasa jawa mulai tergeser dengan bahasa indonesia yang dianggap lebih praktis dan dapat dimengerti oleh setiap kalangan, baik tua, muda dan anak-anak sekalipun.
Pergeseran bahasa jawa juga dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga yang tidak mengedepankan bahasa jawa sebagai bahasa utama. Namun dalam kenyataanya keluarga lebih memilih anak-anak mereka untuk menggunakan bahasa indonesia. Orang tua beranggapan bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa yang pas untuk diajarkan kepada anak-anak mereka. Karena mereka berfikir bahwa semakin modern maka bahasa juga harus berubah sesuai modernisasi dan bahasa jawa merupakan bahasa tradisional yang tertinggal.
Meskipun eksistensi unggah-ungguh bahasa jawa mulai tergeser oleh bahasa nasional. Masyarakat berupaya agar bahasa jawa tetap dilestarikan dan tidak hilang begitu sajja dengan adanya modernisasi dan globalisasi. Dengan mengembangkan pelajaran bahasa jawa dan sanggar-sanggar seni jawa, diharapkan dapat membantu menyelamatkan bahasa jawa dari pergeseran modernisasi yang terjadi di era globalisasi ini. Masyarakat juga harus sadar bahwa betapa pentingnya unggah-ungguh bahasa jawa bagi tata krama dan sopan santun para generasi muda suku jawa dimasa depan. Dengan demikian bahasa jawa, adat istiadat jawa dan segala hal yang bersangkutan dengan jawa harus kita lestarikan dan kita jaga bersama-sama. Dengan begitu diharapkan budaya jawa akan tetap berdiri tegap meskipun berada ditengah besarnya arus modernisasi dan globalisasi.
No comments:
Post a Comment